Dalam Nama Bapa Dan Putera Dan Roh Kudus Bahasa Latin

Dalam Nama Bapa Dan Putera Dan Roh Kudus Bahasa Latin

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

(Renungan Hari Raya Tritunggal Maha Kudus, Gereja Katedral Atambua)

Hari ini, Gereja merayakan Hari Raya Tritunggal Maha Kudus. Merujuk pada bacaan injil hari ini, (Matius 28:16-20), yang berbicara pembaptisan dalam nama Allah Tritunggal, maka saya mengajak anda sekalian, untuk berefleksi tentang Satu Allah tiga Pribadi Bapa, Putra dan Roh Kudus,

Di dalam Katekismus No. 189, dikatakan bahwa; "Pengakuan iman Allah Tritunggal itu pertama kali, diucapkan pada peristiwa pembaptisan. Mengapa? Karena pembaptisan itu terjadi dalam Trinitaris yakni Dalam nama Bapa Putra dan Roh Kudus", Sebagaimana yang tercatat dalam kisah injil hari ini; "Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku, dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak dan Roh Kudus".

Simbol pembaptisan yang demikian trinitaris ini memiliki tiga bagian pokok;

1. Pribadi pertama yakni Allah Bapa; sebagai pencipta yang mengagumkan.

2. Pribadi kedua yakni Allah Putra; sebagai penebus dosa manusia.

3. Pribadi ketiga; yakni Allah Roh Kudus yang tampil sebagai pangkal dan sumber pengudusan kita. (bdk. Kat. No. 190)

Ketiganya berbeda dalam pribadi tetapi satu dalam keilahian. Karena itu, dalam credo (aku percaya), kita katakan Aku percaya akan Satu Allah tiga pribadi.

Ada kesatuan tetapi sekaligus juga ada perbedaan. Perbedaannya jelas; Allah Bapa hadir sebagai pencipta. Allah Putra hadir sebagai penebus, dan Allah Roh Kudus hadir sebagai pengudusan Gereja.

Sedangkan fakta kesatuan itu ditunjukan oleh kata--kata Yesus "Aku dan Bapa adalah Satu" (Yoh. 10:30), "Barang siapa melihat Aku, ia melihat Bapa" (Yoh. 14:9). Inilah yang sering kita namakan satu yang berbeda atau berbeda tetapi tetap satu.

Lihat Sosbud Selengkapnya

“Dalam Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus”

oleh: P. Gregorius Kaha, SVD

Allah Tritunggal Mahakudus adalah sebuah tema besar dalam refleksi perjalanan iman kita. Misteri iman ini memang sulit dijelaskan, tetapi bukan tidak mungkin dipahami. Memang sudah ada banyak penjelasan yang coba disampaikan, tetapi harus diakui bahwa tidak ada satu penjelasan pun yang sempurna atau tepat untuk misteri ini, walau demikian isi tentang misteri ini dengan sangat terang dilukiskan dalam Kitab Suci.

Dalam pendekatan biblis ditemukan sekian banyak ungkapan atau kisah yang menunjukan adanya relasi Bapa, Putra dan Roh Kudus dalam karya keselamatan manusia. Dan relasi Trinitaris ini terungkap dalam kasih Allah yang kita alami dari waktu ke waktu.

Tanda yang Sering Digunakan

Tanda Salib adalah bagian tak terpisahkan dari hidup seorang Katolik. Coba bayangkan, hal pertama yang dilakukan dan yang diajarkan orangtua kepada anak-anaknya tentang iman adalah Tanda Salib dengan rumusan: “Dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.” Setiap kali orang datang ke gereja, merayakan Ekaristi, beribadah atau berdoa, orang membuat Tanda Salib di keningnya bahkan pada saat kematian seseorang pun, imam masih membubuhkan Tanda Salib di atas jenazah seorang Katolik. Maka tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa hidup seorang Katolik dari lahir sampai mati selalu ditandai dengan “Dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus”.

Kitab Suci sendiri tidak berbicara secara eksplisit tentang Tritunggal Mahakudus, tetapi banyak kisah dalam Kitab Suci menunjukkan dengan sangat jelas relasi antara Bapa, Putra dan Roh Kudus. Ambil kisah yang ditulis penginjil Yohanes minggu ini (Yohanes 16:12-15).  Yohanes mengungkapkan misteri agung ini dengan melukiskan peran Bapa, Putra dan Roh Kudus dalam karya penciptaan dan keselamatan manusia. Bapa adalah asal ciptaan, manusia melihat gambaran nyata Bapa melalui kehadiran Yesus Kristus, yang adalah PutraNya atau Kebijaksanaan Bapa dan Roh yang berasal dari kedua-Nya akan menghantar kita kepada seluruh kebenaran. Persatuan yang sedemikian erat dan mesra itu digambarkan dengan ungkapan “Satu Allah Tiga Pribadi”.

Maknai Hidupmu dengan Kehadiran Tritunggal Mahakudus

Sebagai seorang percaya, kita dipanggil dan diutus untuk mewatakan Kabar Gembira. Tugas perutusan ini merupakan kerjasama antara rencana dan kehendak Allah dengan kerja serta kehendak bebas manusia. Panggilan perutusan itu tidak punya arti apa-apa kalau manusia tidak menanggapi atau menjawabnya, maka di Hari Raya Tritunggal Mahakudus ini sebaiknya:

Pertama, kita menyadari bahwa Allah senantiasa bersama kita apa pun pengalaman hidup kita. Maka Tanda Salib adalah ungkapan berkat. Dengan menandai dahi kita dengan salib, kita diingatkan pada berkat Allah yang melimpah dalam hidup kita.

Kedua, semua ciptaan berasal dari Allah karena itu menghormati dan menghargai ciptaan adalah bagian tak terpisahkan dari tanggung-jawab kita pada Pencipta. Keharmonisan hidup dengan sesama dan ciptaan lain adalah unsur sangat penting dewasa ini supaya kita bisa menghadapi segala bentuk eksploitasi dan penggerusakan baik moral maupun lingkungan hidup di sekitar kita.

Ketiga, dengan Tanda Salib kita diajak untuk selalu atau terus-menerus memuji dan memuliakan Allah Tritunggal: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Dengan nama itulah kita hidup dan dibimbing hari demi hari dalam menghadapi pergumulan hidup di zaman ini sebagai seorang pengikut Kristus. Tuhan memberkati kita. Amin.

Ul. 4:32-34, 39-40;Mzm. 33:4-5,6,9,18-19,20,22; Rm. 8:14-17;Mat. 28:16-20

INILAH momen penyadaran akan peran Allah dalam seluruh hidup. Bahwa manusia ternyata diperhatikan oleh Allah yang kaya akan makna dan nilai dalam hubungannya dengan ciptaan-Nya. Cinta Allah itu diungkapkan dalam misteri Tritunggal Mahakudus. Ketika kita berusaha memahami misteri Tritunggal Mahakudus, kita dituntun untuk semakin memahami misteri kehidupan kita sebagai manusia.

Perayaan pesta Tritunggal Mahakudus menjadi kesempatan bagi kita untuk bersyukur atas kebaikan dan kasih Allah yang terus-menerus mencintai kita, membimbing kita dan malah mau tinggal dalam hati dan hidup kita melalui Roh-Nya dan yang selalu menyertai kita sampai kapanpun. Dialah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Dalam nama Allah Tritunggal Mahakudus kita mengawali dan mengakhiri hidup kita.

“Keindahan terbesar dalam hidup ini adalah ketika kita terjatuh dan tak berdaya ada tangan yang terulur menawarkan pertolongan, tanpa syarat,” kata saudaraku.

“Bapakku punya banyak alasan untuk marah dan membenci dan mengusir saudaraku pergi dari tengah-tengah keluarga kami. Namun bapak tidak melakukannya. Bahkan dia rela dimusuhi seluruh keluarga, karena membela sikap dan perilaku saudaraku yang sangat nakal. Bahkan kenakalannya telah menjadi tindakan kriminal yang meresahkan banyak orang. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melindungi saudaramu? Dan pada saat kalian tidak mampu melindungi saudaramu sendiri, biarkan aku yang menjaga dan melindungi bahkan merawatnya.”

“Kesalahannya memang harus dipertanggungjawabkannya, tetapi membiarkan dia terpuruk tanpa dukungan dari kita adalah sebuah sikap yang tidak bertanggungjawab,” papar bapakku.

Sikap bapakku adalah sikap kasih tang tulus tanpa syarat.

Para Rasul dan orang beriman yang percaya akan pewartaan tentang Yesus mengenal Allah sebagai seorang Bapa yang penuh kasih tanpa syarat.

Allah kita bukan seorang Bapa yang dalam struktur masyarakat feodal sangat otoriter dan sulit didekati. Melalui Yesus, Bapa diperkenalkan sebagai ‘Abba” seakrab relasi kasih seorang ayah yang sangat dekat dengan anaknya dalam sebuah rumahtangga.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.”

Allah Bapa yang kita kenal sebagai Dia yang mampu menerima kita dalam segala kegagalan dan kehinaan. Ia penuh kasih menerima kita seperti kisah dalam “Perumpamaan tentang anak yang hilang” dalam Injil.

Allah Bapa yang dikenal dalam iman Kristiani adalah Dia yang penuh kasih, keadilan dan kebenaran. Allah Bapa mendapat atribut dalam iman Kristiani sebagai Pencipta, yang melalui alam ini kita kenal keindahan, kasih dan kelembutan-Nya yang menggetarkan kita dalam rasa syukur dan kagum.

Allah Putera, dikenal para Rasul dan kita orang beriman dalam diri Yesus. Ia hadir di tengah manusia kendati Ia kemudian ditolak dan dibunuh. Dalam diri Yesus kita melihat wajah Allah, kelembutan dan sentuhan kasih Allah.

Hal itu tampak dalam pengajaran, dalam indentifikasi diri-Nya dengan orang lemah, miskin, tersingkir, dalam pengampunan atas dosa. Ia mengosongkan diri-Nya sendiri dan melayani sebagai hamba yang mati demi kasih kepada manusia.

Allah Roh Kudus dikenal dan dialami dalam hidup para Rasul maupun orang beriman sebagai daya kasih. Roh Kudus hadir dan menuntun serta menggelorakan hati para Rasul dan Gereja untuk melakukan pewartaan iman seperti dimandatkan Yesus. Ia menarik orang untuk percaya pada pewartaan iman dan meneguhkan orang beriman dalam kesulitan dan tantangan hidupnya.

Para Rasul menampakkan kehadiran Roh Kudus melalui pewartaan mereka yang penuh wibawa. Mereka tidak takut akan penganiayaan, mereka membuat mukjizat dan membangun jemaat dalam persekutuan, dalam doa, pemecahan roti ekaristi, dan hidup persaudaraan.

Bagaiama dengan diriku?

Apakah aku merasakan Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus itu dekat dan sungguh baik bagiku?

Halo KUKTEKERS, edisi kedua sepik kali ini membahas arti dari Tritunggal Mahakudus yang merupakan hari raya yang kita rayakan sebagai orang Katholik hari ke-72 setelah Pentakosta.

Tritunggal memiliki arti Tiga Pribadi di dalam Satu Allah, atau di dalam satu esensi diri Allah memiliki Tiga Pribadi yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Dalam sejarahnya, Alkitab tidak pernah memuat kata-kata “Tritunggal” di dalamnya. Pada tahun 325, Raja Constantine mengundang pemimpin-pemimpin gereja berkumpul dalam sebuah Konsili (pertemuan) gereja di Nicea dan muncul dua tokoh gereja yaitu Uskup Alexander dari Alexandria (Mesir) dan Penatua Arius dari gereja yang sama di Alexandria. Uskup Alexander mengatakan bahwa Kristus adalah "tidak" yang sama (homoousios) dengan Allah Bapa, jadi Yesus itu juga adalah Allah Bapa. Namun, Arius mengatakan bahwa itu adalah satu-satunya Allah, yang adalah satu-satunya Allah, sedang menciptakan materi dunia yang sempurna, yang menciptakan moral yang Dia dapat “diadopsi” oleh Allah sebagai anak. Dikatakan bahwa Kristus itu homoiousios ("tidak sama persis" -Nya mirip) dengan Bapa, tapi tetap lebih rendah dari Bapa.

Ekspresi kedua tokoh ini meluas di kalangan gereja-gereja Kristen hingga raja Constantine diadakan Konsili itu untuk menyatukan kembali pandangan seluruh gereja. Dalam Konsili itu Pembela ajaran uskup Alexandra adalah diakon Athanasius. Menampilkan Athanasius sebagai ajaran yang sah dan Arius dan pengikut-pengikutnya (kaum Arianus) sebagai bidat dan menolak dari gereja. Kemudian Kristen diakui sebagai agama yang sah di kerajaan Romawi, maka doktrin Tritunggal Athanasius ikut disahkan sebagai pengajaran gereja yang sah.

Doktrin Trinitas atau Allah Tritunggal Maha Kudus adalah tulisan bahwa Tuhan adalah SATU, namun terdiri dari TIGA pribadi: 1) Allah Bapa (Pribadi pertama), 2) Allah Putera (Pribadi kedua), dan Allah Roh Kudus (Pribadi ketiga). Konsep ini dibilang TIDAK MASUK AKAL, namun bukan berarti bahwa Allah Tritunggal adalah konsep yang sama sekali tidak masuk akal. Salah satu analogi untuk menjelaskan konsep Tritunggal adalah matahari: yang terdiri dari matahari itu sendiri, sinar, dan panas. Atau dengan sebuah segitiga, di mana Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus Hitung masing-masing sudut, namun tetap dalam satu segitiga. Ada yang menjelaskan, bahwa Trinitas adalah seperti kopi, susu, dan gula, yang akhirnya menjadi susu kopi yang manis.

"Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya adalah benda-benda dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu yang telah digunakan dan yang karena Dia kita hidup. ”-1 Kor 8: 6. Satu Allah tersebut adalah "susu kopi yang manis" sesuai dengan analogi Tritunggal.

Sumber: http://www.tanyaalkitab.com/2013/01/penjelasan-singkat-tritunggal.html https://yangmulia.wordpress.com/wacana/asal-usul-ajaran-tritunggal/ http://www.katolisitas.org/trinitas-satu-tuhan-dalam-tiga-pribadi/

Semua datang dari tahta-Mu

Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus